Sabtu, 25 Maret 2017

Sauce Paranoid

 Di kamar yang kecil nan apik itu, Risa sedang sibuk mengutak-atik smartphonenya. Sesekali senyumnya tersungging membaca komentar-komentar lucu nan menggelitik di Instagram nya sembari earphone bertengger manis di telinganya. Risa saat itu sedang cuti kuliah karena ada urusan keluarga nya yang sangat mendesak. Terkadang,gadis ini merasakan jenuh dan suntuk karena selama cuti dia selalu mendekam di kamar nya. Sulit memang baginya yang dilahirkan dari keluarga yang (terlalu) patuh dan irit. Banyak teman-teman kampusnya maupun teman sekolahnya yang sering mengajaknya untuk sekedar temu kangen maupun hangout tetapi Risa terpaksa dengan halus menolaknya. Tentu saja dengan alasan yang klasik yaitu duit gajinya belum kunjung keluar ataupun sibuk. Soal keuangan,Risa memang selalu irit apalagi pekerjaan part time nya belum bisa memberi gaji yang lebih untuk mahasiswi seperti dirinya. Maklum,pengalaman mengajarnya sebagai guru kursus Bahasa Inggris belum terlalu banyak.

  Di sela-sela keasyikannya,layar smartphone nya kini menerima notifikasi spanduk disertai ikon aplikasi berwarna hijau dari atas layar smartphone nya. Ada pesan baru diterima. Merasa penasaran,Risa segera membuka pesan tersebut dan pesan tersebut hampir saja sukses membuat nya mati di tempat tatkala ia melihat siapa pengirim tersebut. Nico. Laki-laki yang sejak lama ia sukai tapi nyali nya untuk saat ini masih sedikit. Risa bukan lah perempuan yang terlalu agresif tatkala ia berkenalan maupun dekat dengan banyak orang baru apalagi laki-laki bermata kecil itu.
Nico : Risa lagi dimana?
Dengan keadaan jantungnya masih berdegup kencang sekaligus perutnya yang mendadak mulas,ia segera memencet tombol keypad huruf demi huruf.
Risa : lagi dirumah nih,kenapa?
Pesan baru diterima lagi.
Nico : Nonton yuk,mau ga?
 
“What? Serius dia ngajakin gue nonton? Demi apa?!” Risa masih bertanya sekaligus kaget dalam hati. Dia benar-benar tak menduga atas tawaran dari Nico. Risa mulai berpikir-pikir dan mulai memberanikan diri untuk izin kepada ibunya. Kesempatan ini tak boleh dilewatkan,toh belum tentu datang untuk kedua kalinya, pikirnya. Hatinya semakin berbunga tatkala ibunya mengizinkannya untuk sekedar pergi nonton bersama Nico. Tentu saja ia harus sedikit berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan pergi bersama teman sekolahnya. Bisa habis ia didamprat kalau sampai ibu nya tahu dia pergi dengan laki-laki. Risa memang benar-benar nekat dan terpaksa kali ini. Ya,kali ini saja.
Risa : Yuk,mau nonton apa?
Nico : Ada dehh. Udah gih siap-siap. Gue jemput di kafe Queen ya kalau lu udah siap.kabarin aja.
Yes! Risa diam-diam mengepalkan tangannya sembari tertawa kecil.
“Hihi dasar cowok iseng”. Tanpa basa basi,ia segera membuka lemari pakaiannya dan menarik pelan lipatan sweater berwarna double hijau dan kuning di bagian lengannya serta bawahan celana jins berwarna orange lalu dengan cepat mengenakan nya . Polesan bedak tipis serta lipstik berwarna segar muda andalannya tak luput pula dari wajahnya. Beres.perpaduan yang pas. Risa meraih tas lengan hitamnya dan segera meluncur. Di sepanjang perjalanan,pikirannya mengawang kemana-mana memikirkan momen nya nanti bersama Nico. Ah senangnya….Risa mengerang kecil gembira.   Tak sampai 5 menit,dirinya sudah sampai di kafe tersebut. Nuansa kafe yang sederhana namun sejuk tersebut sangat cocok bagi anak muda untuk bersantai ria maupun mereka yang sekedar ingin mencari suasana baru sembari mengerjakan tugas. Disitu beberapa anak sekolah maupun mahasiswa/I terlihat asyik dengan teman-temannya sembari mengerjakan tugas mereka dan tak lupa pula sepasang muda-mudi yang memadu kasih maupun bersenda gurau menikmati siang menjelang sore itu. Sungguh suasana cozy dan nyaman pun masih terasa dari kafe ini. Risa menyapukan pandangannya mencari tempat yang nyaman dan matanya sekarang tertuju pada sofa panjang yang letaknya ada di pojok tak jauh dari meja kasir. Risa segera melipir kesana dan jari-jarinya kini leluasa kembali mengetik dan mengabari Nico bahwa dirinya sudah duduk manis menunggu laki-laki tersebut.
Risa : Gue udah sampe nih,lo dimana?
Nico : Ok,gue otw sekarang.Tunggu ya.
Risa : Okee.

 Rasa grogi mulai menyerang dirinya saat ini. Risa menunggu dengan gelisah sembari memegang dadanya dan menghembuskan nafas pelan. Jantungnya kini semakin berdetak tak karuan. Baru kali ini pula dia menemui langsung laki-laki itu setelah sekian lama mereka hanya kenal dan akrab lewat social media Instagram. 15 menit berlalu,sesekali Risa mengetuk-ngetuk meja hingga akhirnya Nico bilang bahwa dirinya sudah sampai tepat depan kafe tersebut. Risa segera beranjak dari tempatnya dan segera melangkah kecil keluar kafe. Dia melihat sekeliling mencari sosok laki-laki itu. “Risa!” Risa menoleh suara tersebut yang berasal dari sebelah kirinya dan ternyata Nico masih bertengger di atas motornya. Jantung Risa hampir mau copot. Risa berpura-pura tenang menghampiri Nico. Sembari menyunggingkan senyumnya yang kecil,Nico mengisyaratkan Risa untuk segera menaiki motornya dan mereka pun langsung meluncur menuju bioskop.

  Mereka berdua segera melangkah santai menuju bioskop tersebut dan segera mengantri. Sembari menunggu antrian, mereka berdua melihat papan reklame yang menyajikan beberapa film yang sedang tayang. Nico segera membalut kaos hitamnya dengan jaket berwarna abu-abunya. Terlihat keren! “Sa,kita mau nonton ini ga?” sembari menunjuk salah satu film yang sedang tayang,Nico melirik Risa sekilas. Risa melirik film yang dimaksud tersebut dan sontak ia hanya diam dalam bingung. Matanya membelalak sedikit.Ia tidak menyukai film sadis alias thriller. “uhm…yang itu ya? Yaudah deh”. Akhirnya ia mengikuti usul Nico dengan gamang dan pasrah. Mentalnya diuji dan ia sendiri tidak yakin bisa tahan tanpa menutup wajahnya maupun memejamkan mata sekalipun tatkala menyaksikan adegan-adegan sadis nan berdarah itu nanti. Dia harus berani demi Nico. Rusak sudah harga dirinya jika Nico tahu dia adalah seorang penakut. Mereka langsung menuju kasir dan membeli makanan ringan lalu segera masuk ke ruang bioskop. Ruangan bioskop tersebut sudah mulai gelap tanda film akan dimulai. Ruangan itu hanya dibantu oleh cahaya dari layar bioskop saja maupun beberapa lampu kecil yang menggantung disisi anak tangga yang mereka tapakki. Salah seorang petugas yang berjaga tersebut dengan senang hati membantu mereka menaiki anak tangga hingga sampai ke tempat duduk bioskop mereka tatkala melihat Risa tersandung dan hampir tumbang. Ah andaikan Risa memiliki kekuatan menghilang,dia ingin menembus tembok maupun melangkah mundur kearah pintu saja.

 Film sudah dimulai. Baru beberapa adegan saja,Risa sesekali sudah menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Sesekali mengerang pelan yang untungnya tak terdengar oleh Nico. Laki-laki itu malah sibuk dan fokus menatap layar bioskop yang lebar nan besar itu. Risa gelisah sendiri tak sabar menunggu adegan demi adegan itu berakhir. Darah yang mengucur dan bercipratan hingga suara desingan pisau dalam adegan film tersebut membuat nafas Risa naik turun hingga ia menyerah dengan menjerit kaget spontan sembari menyembunyikan wajahnya di bahu Nico. Nico sontak kaget ketika bahunya disandari kepala Risa. “lo kenapa sa? Takut ya sama filmnya?!” Risa hanya menyeringai salah tingkah sembari menggeleng
“hehe enggak,kaget” . Nico mengalihkan pandangannya lagi dengan sedikit cemas takut gadis di sampingnya akan pingsan akibat serangan jantung mendadak. Risa merasakan dadanya sakit dan sesak. Oh, Dia benar-benar mulai mual sekarang. Acara date yang cukup menegangkan. Beruntung nya, film itu sudah selesai dan satu persatu lampu bioskop tersebut mulai menyala. Risa berusaha menyembunyikan ekspresi ketakutan nya meskipun ia merasakan wajahnya mulai memanas dan tubuhnya panas dingin. Ia khawatir Nico akan mengetahui gerak-geriknya bahwa ia phobia.

   Mereka berdua pun memutuskan mampir ke restoran fastfood terlebih dahulu untuk sekedar mengganjal perut. Nico segera melahap burger nya sembari mengolesi makanan itu dengan saos sambal yang ada di meja makan restoran tersebut.Risa baru saja membuka pembungkus putih yang membalut burger nya ketika Nico menyodorkan sebotol berisikan sambal merah yang entah tiba-tiba berubah menjadi cairan merah yang di duga darah di depan mata Risa. “Sa,nih mau sambal ga?” Risa mendadak kaku dan hanya menatap kosong botol itu. Wajahnya berubah menjadi pucat akibat halusinasinya itu. Paranoid mulai menyerang dirinya. “Nic,bisa jauhin botol itu ga? Jangan coba-coba sodorin botol itu ke gue. Gue benci sama benda itu” katanya sedikit parau.Nico hanya mengernyitkan dahi.Dia kembali menunduk hendak berkonsentrasi dengan makanannya. Tapi gagal,ia mulai merasakan pelupuk matanya mulai berair dan pandangannya sedikit kabur. Kepalanya mulai pening hebat. Perlahan-lahan pandangannya mulai menghitam dan akhirnya semua menjadi gelap. BRUK! Risa ambruk tanpa tanggung-tanggungnya. Uh! Nico benar-benar jahat!