Aku menyeruput segelas susu putihku diiringi segigit biskuit coklat hingga kulahap hingga habis. Tatapanku menerawang kosong. Tatapanku hanya tertuju pada benda-benda yang terpampang di depan mataku. Di meja kecil ruang tamu ini. Pikiranku mengawang pada satu hal,satu hal yang menurutku penting dan bagiku satu hal itu layaknya nafas untuk kehidupanku. Aku merindukan sosok lelaki geradakan itu,pasti pagi ini dia sudah disibukkan lagi dengan pekerjaannya yang mengharuskan beraktivitas dan siap siaga di tempat terbuka. Dari pagi menuju malam pun,dia masih kuat untuk mencari penghasilannya sendiri dari penumpang demi penumpang. Sedangkan aku,saat ini belum ada satupun lembaga tempatku melamar yang mengatur waktuku untuk mulai bekerja. Wajar,aku resah sekaligus jenuh menunggu kepastian dari para lembaga itu,tak hayal aku selalu merengek meminta kasih sayang dari si sosok geradakan itu. Namun percuma,kesibukkan nya yang hampir memakan waktu cukup lama hingga seharian membuat dia tak mampu lagi untuk sekedar berbagi kasih sayang dan melampiaskan rindunya itu untukku barang semenit ataupun sejam saja.Aku memang sedikit dongkol dan jenuh,lagi-lagi aku harus memaklumi kesibukkan nya dan harus belajar terbiasa dengan segala kesibukkannya itu. Berkeliling dari sudut kota ke tempat lainnya hingga ia jarang mengirimkan pesan manisnya untukku. Dia pernah bilang seminggu menjelang lebaran dulu kalau dia pasti akan sibuk setelah lebaran karena akan mencari pekerjaan,aku menyanggupi nya "iya gapapa kok asal ga lupa sama aku ya". Ternyata hal ini memang benar-benar terjadi dan jauh dari ekspetasiku dan prakiraanku bahwa pasti pekerjaannya tidaklah berat dan kemungkinan ada waktu bersantai untuknya. Prakiraanku salah,kesibukannya lebih dari pil pahit yang harus aku telan dan baginya pekerjaan yang hampir memakan waktu 24jam ini sangat tidak mudah hingga tenaganya habis. Karena itu,kami pun sampai pernah bertengkar hebat hanya masalah sepele. Ini semua disebabkan oleh egoku,ego kami, dan dari masalah itu sepenuhnya salahku. Aku tidak mau tahu seperti apa kesibukkannya disana,aku terus merengek untuk minta bertemu. Memang sungguh dahsyat cobaan hubungan kami kali ini,belum lagi jarak. Hubungan kami hampir dipertaruhkan dan dikorbankan akibat dia yang sudah lelah menghadapi egoku ini dan beruntungnya aku masih ingin bertahan dan berakhir dia yang luluh atas permohonan maaf ku. Hatiku rasanya hampir hancur saat itu. Tapi syukurlah,semua kembali berjalan normal dan aku mencoba dengan setia menunggu kesibukannya itu hingga dia bisa meluangkan waktunya walaupun tak banyak untukku. Percayalah,aku tak pernah bosan mengulang kata-kata rindu ini kepadanya. Aku masih percaya dengannya disana...yang berusaha mewujudkan mimpi kami. Toh,jika dia memang benar-benar tak mencintaiku,dia takkan sanggup bertahan hingga saat ini. Aku masih percaya rasa cinta dan kasih sayangnya pada ku tidak akan pernah pudar apalagi hilang sekejap begitu saja dari hatinya.
Aku takkan pernah jenuh untuk mengulang kata rinduku padamu,I love you so much and i will stay beside you as you wish , Nich.
Dari aku yang merindukanmu di kota kecil nan amburadul ini
-Tiko-