Minggu, 14 Agustus 2016

Rindu bukanlah jenuh

            Aku menyeruput segelas susu putihku diiringi segigit biskuit coklat hingga kulahap hingga habis. Tatapanku menerawang kosong. Tatapanku hanya tertuju pada benda-benda yang terpampang di depan mataku. Di meja kecil ruang tamu ini. Pikiranku mengawang pada satu hal,satu hal yang menurutku penting dan bagiku satu hal itu layaknya nafas untuk kehidupanku. Aku merindukan sosok lelaki geradakan itu,pasti pagi ini dia sudah disibukkan lagi dengan pekerjaannya yang mengharuskan beraktivitas dan siap siaga di tempat terbuka. Dari pagi menuju malam pun,dia masih kuat untuk mencari penghasilannya sendiri dari penumpang demi penumpang. Sedangkan aku,saat ini belum ada satupun lembaga tempatku melamar yang mengatur waktuku untuk mulai bekerja. Wajar,aku resah sekaligus jenuh menunggu kepastian dari para lembaga itu,tak hayal aku selalu merengek meminta kasih sayang dari si sosok geradakan itu. Namun percuma,kesibukkan nya yang hampir memakan waktu cukup lama hingga seharian membuat dia tak mampu lagi untuk sekedar berbagi kasih sayang dan melampiaskan rindunya itu untukku barang semenit ataupun sejam saja.Aku memang sedikit dongkol dan jenuh,lagi-lagi aku harus memaklumi kesibukkan nya dan harus belajar terbiasa dengan segala kesibukkannya itu. Berkeliling dari sudut kota ke tempat lainnya hingga ia jarang mengirimkan pesan manisnya untukku. Dia pernah bilang seminggu menjelang lebaran dulu kalau dia pasti akan sibuk setelah lebaran karena akan mencari pekerjaan,aku menyanggupi nya "iya gapapa kok asal ga lupa sama aku ya". Ternyata hal ini memang benar-benar terjadi dan jauh dari ekspetasiku dan prakiraanku bahwa pasti pekerjaannya tidaklah berat dan kemungkinan ada waktu bersantai untuknya. Prakiraanku salah,kesibukannya lebih dari pil pahit yang harus aku telan dan baginya pekerjaan yang hampir memakan waktu 24jam ini sangat tidak mudah hingga tenaganya habis. Karena itu,kami pun sampai pernah bertengkar hebat hanya masalah sepele. Ini semua disebabkan oleh egoku,ego kami, dan dari masalah itu sepenuhnya salahku. Aku tidak mau tahu seperti apa kesibukkannya disana,aku terus merengek untuk minta bertemu. Memang sungguh dahsyat cobaan hubungan kami kali ini,belum lagi jarak. Hubungan kami hampir dipertaruhkan dan dikorbankan akibat dia yang sudah lelah menghadapi egoku ini dan beruntungnya aku masih ingin bertahan dan berakhir dia yang luluh atas permohonan maaf ku. Hatiku rasanya hampir hancur saat itu. Tapi syukurlah,semua kembali berjalan normal dan aku mencoba dengan setia menunggu kesibukannya itu hingga dia bisa meluangkan waktunya walaupun tak banyak untukku. Percayalah,aku tak pernah bosan mengulang kata-kata rindu ini kepadanya. Aku masih percaya dengannya disana...yang berusaha mewujudkan mimpi kami. Toh,jika dia memang benar-benar tak mencintaiku,dia takkan sanggup bertahan hingga saat ini.  Aku masih percaya rasa cinta dan kasih sayangnya pada ku tidak akan pernah pudar apalagi hilang sekejap begitu saja dari hatinya. 

 

Aku takkan pernah jenuh untuk mengulang kata rinduku padamu,I love you so much and i will stay beside you as you wish , Nich. 

                                                                                      

Dari aku yang merindukanmu di kota kecil nan amburadul ini

-Tiko-

 

Selasa, 02 Agustus 2016

Dia hati terdekatku

 

 

Sore diselimuti bau tanah dan langit yang sedang kusam saat itu tatkala gerimis turun membasahi bumi perlahan. Aku baru saja selesai menghadapi UAS tepatnya hari ke 4 sembari duduk di halte menunggu sosok teduh itu. Kendaraan hilir mudik membuatku sedikit pusing dengan penglihatan lewat kacamataku. Aku masih menoleh kanan kiri mencari keberadaan laki-laki berhidung mancung dan bermata teduh itu sembari sesekali mengecek ponsel ku takut sewaktu-waktu dia sudah sampai sedari tadi tanpa aku sadari. Sudah cukup lama,sekitar beberapa menit aku menunggunya. Kami membuat janji hari ini untuk bertemu melampiaskan rasa rindu masing-masing. Aku merenungmengingat momen sekitar beberapa minggu yang lalu tepatnya. Kala itu,kami berkeliling mengitari kota kecil ini hanya untuk …. Ya apalagi selain ingin melampiaskan rasa rindu yang sudah memuncak ini. Diiringi dengan deru motornya,kami melempar canda tawa dan bercerita tentang pengalaman kami yang mungkin tidak terlalu menarik alias garing. Refleks,sesekali aku merangkulnya dari belakang hingga merasakan dadanya yang hangat dan bidang. Aku benar-benar sumringah saat itu seharian bersamanya. Aku senang dan merasa damai mencium wangi parfumnya yang lembut. Hari semakin terik dan menyengat,kami memutuskan untuk beristirahat di salah satu masjid yang ada di komplek perumahan yang tidak terlalu ramai. Kami mulai memasukki masjid dan menyenderkan tubuh kami di dinding masjid . di sebelah nya terdapat rak yang berfungsi untuk meletakkan buku-buku tentang hadits,tata cara ibadah,dan kitab suci Al-qur an. Tubuhku perlahan-lahan mulai sejuk di terpa semilirnya angin kipas angin yang berada di masjid tingkat dua itu. Dia menatapkuaku merasakannya dari ekor mataku. Aku malu untuk menatap kembali mata teduh nan tajam itu. Jantungku berdegup kecil. Kepala nya mulai menyender di bahuku dan tangan kokoh itu mulai merangkul pinggangku. Aku mulai merasakan hangat wajahku. Aku tersipu tetapi tak dapat ku pungkiri bahwa pelukan dari tangan kokoh itu membuatku merasa nyaman hingga aku hanya bisa terdiam merasakan tangannya yang kokoh itu. Tangannya sangat kuat mencengkram pinggangku. Aku mulai menyeletuk mencoba mencairkan suasana“eh disini ada cctv hati-hati aja hahahadia hanya tersenyum kecil gaada kok pas diliat tadi,ancaman doang ini mah” . Aku sedikit ragu jangan-jangan perlakuan kami disini sedari tadi terekam oleh cctv. Haft…aku sedikit takut sekarang. “oke,pasti mereka beranggapan kok kalau kita udah nikahkataku diiringi tawa geli. Dia hanya tertawa kecil. Aku sumringah,kami ini baru dalam tahap pengenalan. Belom tentu ada rencana ingin melanjutkan ke tahap yang lebih serius. Kepala nya masih menyender di bahuku. Wangi rambut nya otomatis terhirup oleh hidungku. Wangi nya segar nan tenang. Wangi itu hingga kini masih melekat di pikiranku hingga mengalir ke darahku. Wangi khasnya. Dia mulai mengangkat kepalanya dari bahuku dandia langsung memelukku. Dia pernah bilang bahwa dia nyaman memelukku. Nyaman? Atau  lebih dari itu? Takut akan kehilanganku kah? Aku merasakan kepalaku menyender di dadanya yang bidang dan hangat itu. Refleks,telingaku menempel di dadanya sehingga aku mulai merasakan degup jantungnya itu… yang entah kecepatan berapa menit/detikah. Degup jantung nya yang menggetarkan gendang telinga ku. Pelukannya yang eratdan pernyataan dari mulutnya “you love me too?” aku hanya mengangguk pelan. Rayuannya sukses membuat ku detik itu rasanya tak sanggup berpisah dengannya barang sedetikpun atau seharipun.Di mataku saat itu,dia sungguh berarti dan sosok yang hampir sempurna. Aku tak ingin beranjak dari tempat itu. Tak peduli sudah berapa lama kami disini menghabiskan waktu berdua. Berdua saja. Hanya Tuhan yang tau sesuatu di antara kami. Di tempat ini. Di hadapan Tuhan selaku Tuan rumah. Oh,Aku tak ingin pulang!