Selasa, 02 Agustus 2016

Dia hati terdekatku

 

 

Sore diselimuti bau tanah dan langit yang sedang kusam saat itu tatkala gerimis turun membasahi bumi perlahan. Aku baru saja selesai menghadapi UAS tepatnya hari ke 4 sembari duduk di halte menunggu sosok teduh itu. Kendaraan hilir mudik membuatku sedikit pusing dengan penglihatan lewat kacamataku. Aku masih menoleh kanan kiri mencari keberadaan laki-laki berhidung mancung dan bermata teduh itu sembari sesekali mengecek ponsel ku takut sewaktu-waktu dia sudah sampai sedari tadi tanpa aku sadari. Sudah cukup lama,sekitar beberapa menit aku menunggunya. Kami membuat janji hari ini untuk bertemu melampiaskan rasa rindu masing-masing. Aku merenungmengingat momen sekitar beberapa minggu yang lalu tepatnya. Kala itu,kami berkeliling mengitari kota kecil ini hanya untuk …. Ya apalagi selain ingin melampiaskan rasa rindu yang sudah memuncak ini. Diiringi dengan deru motornya,kami melempar canda tawa dan bercerita tentang pengalaman kami yang mungkin tidak terlalu menarik alias garing. Refleks,sesekali aku merangkulnya dari belakang hingga merasakan dadanya yang hangat dan bidang. Aku benar-benar sumringah saat itu seharian bersamanya. Aku senang dan merasa damai mencium wangi parfumnya yang lembut. Hari semakin terik dan menyengat,kami memutuskan untuk beristirahat di salah satu masjid yang ada di komplek perumahan yang tidak terlalu ramai. Kami mulai memasukki masjid dan menyenderkan tubuh kami di dinding masjid . di sebelah nya terdapat rak yang berfungsi untuk meletakkan buku-buku tentang hadits,tata cara ibadah,dan kitab suci Al-qur an. Tubuhku perlahan-lahan mulai sejuk di terpa semilirnya angin kipas angin yang berada di masjid tingkat dua itu. Dia menatapkuaku merasakannya dari ekor mataku. Aku malu untuk menatap kembali mata teduh nan tajam itu. Jantungku berdegup kecil. Kepala nya mulai menyender di bahuku dan tangan kokoh itu mulai merangkul pinggangku. Aku mulai merasakan hangat wajahku. Aku tersipu tetapi tak dapat ku pungkiri bahwa pelukan dari tangan kokoh itu membuatku merasa nyaman hingga aku hanya bisa terdiam merasakan tangannya yang kokoh itu. Tangannya sangat kuat mencengkram pinggangku. Aku mulai menyeletuk mencoba mencairkan suasana“eh disini ada cctv hati-hati aja hahahadia hanya tersenyum kecil gaada kok pas diliat tadi,ancaman doang ini mah” . Aku sedikit ragu jangan-jangan perlakuan kami disini sedari tadi terekam oleh cctv. Haft…aku sedikit takut sekarang. “oke,pasti mereka beranggapan kok kalau kita udah nikahkataku diiringi tawa geli. Dia hanya tertawa kecil. Aku sumringah,kami ini baru dalam tahap pengenalan. Belom tentu ada rencana ingin melanjutkan ke tahap yang lebih serius. Kepala nya masih menyender di bahuku. Wangi rambut nya otomatis terhirup oleh hidungku. Wangi nya segar nan tenang. Wangi itu hingga kini masih melekat di pikiranku hingga mengalir ke darahku. Wangi khasnya. Dia mulai mengangkat kepalanya dari bahuku dandia langsung memelukku. Dia pernah bilang bahwa dia nyaman memelukku. Nyaman? Atau  lebih dari itu? Takut akan kehilanganku kah? Aku merasakan kepalaku menyender di dadanya yang bidang dan hangat itu. Refleks,telingaku menempel di dadanya sehingga aku mulai merasakan degup jantungnya itu… yang entah kecepatan berapa menit/detikah. Degup jantung nya yang menggetarkan gendang telinga ku. Pelukannya yang eratdan pernyataan dari mulutnya “you love me too?” aku hanya mengangguk pelan. Rayuannya sukses membuat ku detik itu rasanya tak sanggup berpisah dengannya barang sedetikpun atau seharipun.Di mataku saat itu,dia sungguh berarti dan sosok yang hampir sempurna. Aku tak ingin beranjak dari tempat itu. Tak peduli sudah berapa lama kami disini menghabiskan waktu berdua. Berdua saja. Hanya Tuhan yang tau sesuatu di antara kami. Di tempat ini. Di hadapan Tuhan selaku Tuan rumah. Oh,Aku tak ingin pulang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar