Sore
diselimuti bau tanah dan langit
yang sedang kusam saat itu tatkala
gerimis turun membasahi bumi perlahan. Aku baru saja selesai menghadapi
UAS tepatnya hari ke 4 sembari duduk
di halte menunggu sosok teduh itu. Kendaraan hilir mudik membuatku
sedikit pusing dengan penglihatan lewat kacamataku. Aku masih menoleh kanan
kiri mencari keberadaan laki-laki berhidung mancung dan bermata teduh
itu sembari sesekali mengecek ponsel ku takut
sewaktu-waktu dia sudah sampai sedari
tadi tanpa aku sadari. Sudah cukup lama,sekitar beberapa menit aku menunggunya.
Kami membuat janji hari
ini untuk bertemu melampiaskan rasa rindu masing-masing. Aku merenung…mengingat momen sekitar beberapa
minggu yang lalu tepatnya. Kala itu,kami berkeliling mengitari kota kecil ini hanya
untuk …. Ya apalagi selain
ingin melampiaskan rasa rindu yang sudah memuncak ini. Diiringi dengan deru motornya,kami
melempar canda tawa dan bercerita
tentang pengalaman kami yang mungkin tidak terlalu menarik
alias garing. Refleks,sesekali aku merangkulnya dari belakang hingga merasakan dadanya yang hangat dan bidang.
Aku benar-benar sumringah saat itu seharian
bersamanya. Aku senang
dan merasa damai mencium wangi
parfumnya yang lembut.
Hari semakin terik dan menyengat,kami memutuskan untuk beristirahat di salah satu
masjid yang ada di komplek perumahan
yang tidak terlalu ramai. Kami mulai
memasukki masjid dan menyenderkan tubuh kami di
dinding masjid . di sebelah nya terdapat
rak yang berfungsi untuk meletakkan buku-buku tentang hadits,tata cara ibadah,dan kitab suci Al-qur an. Tubuhku perlahan-lahan mulai sejuk di
terpa semilirnya angin kipas angin
yang berada di masjid tingkat dua itu. Dia menatapku…aku merasakannya dari ekor mataku.
Aku malu untuk menatap kembali
mata teduh nan tajam
itu. Jantungku berdegup kecil.
Kepala nya mulai menyender
di bahuku dan tangan kokoh
itu mulai merangkul pinggangku. Aku mulai merasakan hangat wajahku. Aku tersipu tetapi tak dapat ku
pungkiri bahwa pelukan dari tangan
kokoh itu membuatku merasa nyaman hingga aku
hanya bisa terdiam merasakan tangannya yang kokoh itu. Tangannya sangat kuat mencengkram pinggangku. Aku mulai menyeletuk
mencoba mencairkan suasana“eh disini ada cctv hati-hati
aja hahaha” dia hanya tersenyum
kecil “ gaada
kok pas diliat tadi,ancaman doang ini mah” . Aku
sedikit ragu jangan-jangan perlakuan kami disini sedari
tadi terekam oleh cctv.
Haft…aku sedikit takut sekarang. “oke,pasti mereka
beranggapan kok kalau kita udah
nikah” kataku diiringi tawa geli.
Dia hanya tertawa kecil.
Aku sumringah,kami
ini baru dalam tahap pengenalan.
Belom tentu ada rencana
ingin melanjutkan ke tahap yang lebih
serius. Kepala nya masih menyender di bahuku.
Wangi rambut nya
otomatis terhirup oleh hidungku. Wangi nya segar
nan tenang. Wangi itu hingga
kini masih melekat di pikiranku
hingga mengalir ke darahku. Wangi khasnya. Dia mulai
mengangkat kepalanya dari bahuku dan…
dia langsung memelukku. Dia pernah bilang bahwa dia nyaman
memelukku. Nyaman? Atau lebih dari itu? Takut
akan kehilanganku
kah? Aku merasakan kepalaku
menyender di dadanya yang bidang dan hangat itu.
Refleks,telingaku menempel di dadanya
sehingga aku mulai merasakan degup jantungnya itu… yang entah kecepatan berapa menit/detikah. Degup jantung nya yang menggetarkan gendang telinga ku. Pelukannya yang erat… dan pernyataan
dari mulutnya “you love me
too?” aku hanya mengangguk pelan. Rayuannya sukses membuat ku detik
itu rasanya tak sanggup berpisah
dengannya barang sedetikpun atau seharipun.Di mataku saat itu,dia
sungguh berarti dan sosok yang hampir sempurna. Aku tak ingin beranjak
dari tempat itu. Tak peduli sudah berapa lama kami disini menghabiskan waktu berdua. Berdua saja. Hanya Tuhan yang tau sesuatu
di antara kami. Di tempat
ini. Di hadapan
Tuhan selaku Tuan rumah. Oh,Aku
tak ingin pulang!
Selasa, 02 Agustus 2016
Dia hati terdekatku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar